Minggu, 14 November 2010

persahabatan antara ada dan tiada

 Namaku Edmund axel, aku biasa dipanggil ed. Hari ini aku pindah rumah, pindah ke sweedia. Dulu sebelum aku pindah, aku tinggal di newyork. Sebenarnya aku tidak suka pindah- pindah rumah kesana- kesini, akan tetapi mau di apakan lagi karena pekerjaan ayahku, aku harus mengikutinya. Aku tinggal bersama ayah dan bibiku, ayahku adalah seorang dokter yang terkenal. Ibuku sudah meninggal dunia sejak aku umur 7 tahun, karena kecelakaan.
 Aku adalah seorang anak laki- laki semata wayang yang lemah dan tidak bisa berbuat extrame. Tidak bisa bermain bebas layaknya anak- anak laki- laki lain, karena aku mempunyai penyakit yang belum tahu penyakitnya apa akan tetapi penyakit ini selalu menyerang bagian perutku dan kepalaku selalu pusing jika penyakit itu terasa. Capek sedikit saja rasanya aku tak kuat.
 Aku bersekolah layaknya anak- anak yang lain, akan tetapi aku sering di antar jemput oleh ayahku atau supirku, setiap minggu aku harus check- up ke rumah sakit, ke tempat ayahku bekerja, bisa dikatakan aku sebagai penghuni rumah sakit, rumah sakit sudah menjadi rumah keduaku. Karena hampir setiap hari aku ikut ayahku setelah pulang sekolah.
 Pertama kali aku masuk rumah ini, aku terdiam dan menarik nafas sepanjang- panjangnya. Sebenarnya aku tidak takut akan tetapi dipikir- pikir rumah ini begitu seram, rumah berlantai dua cukup besar yang sepi dan jauh dari keramaian. Dan aku mulai membereskan rumah dan membantu bibi lucy merapihkan rumah ini.
 5 bulan kemudian . . . . 
 Sore itu aku sedang terdiam didekat jendela kamarku yang terletak di lantai dua bagian depan. Aku sedang memandangi dari kejauhan anak- anak sedang bermain bola begitu terlihat amat menyenangkan asyik di luar sana. Dalam hati ku berkata “ senang sekali ya jika aku yang berada disana sekarang “ .. “ hmmmm … “.
 Tiba- tiba ayahku masuk kekamarku dan menghampiriku ..
 “sedang apa kau ed ?” Tanya ayah.
 “aku sedang melihat anak- anak asyik bermain di luar sana” jawabku.
 Ayahku terdiam sejenak ..
 “yasudahlah, ayah akan pergi ke rumah sakit dahulu, ada pasien yang sedang membutuhkan pertolongan ayah, kau disini bersama bibi imogine“  
 Aku hanya terdiam, malas untuk berbicara sepatah kata pun dan tak mau berbuat apa- apa.
Setelah ayahku pergi, hujan pun mulai berhenti. akupun keluar dari kamar dan bertemu bibi lucy.
 “ kau mau kemana ? “ tanya bibi lucy.
 “ aku ingin pergi jalan- jalan, aku bosan.. “ jawabku.
Aku pun mulai berjalan, dan melihat- lihat ke luar dari jendela- jendela yang ada di rumahku. Aku berjalan- jalan melihat- lihat rumah ini karena aku belum pernah menjelajahi rumah ini. Aku penasaran dengan kamar ini, kamar yang terletak di tengah lantai dua, aku pun masuk dan melihat- lihat. Pikirku kamar ini masih bagus, seperti kamar anak perempuan. Melihat- lihat foto- foto yang terpajang rapih di atas meja. Tak sengaja aku memecahkan salah satu foto. Brrrukkkkk …!!
 “ ada apa ed ? “ teriak bibi lucy.
 “ tak apa- apa, tadi ada kucing “ jawabku.
Aku pun keluar dari kamar itu, akan tetapi aku masih penasaran akan kamar itu, kamar yang indah walau sedikit berdebu. Aku melihat- lihat kearah pintu kamar itu, sungguh aku ingin masuk ke kamar itu lagi tapi lain kali saja.
  ***
Hari ini hari minggu, aku tak tau aku ingin pergi kemana, ayahku tak ada dirumah ada tugas keluar kota. Mungkin acaraku hari ini aku ingin mengunjungi makam ibuku, ya jika pak jen supirku bisa mengantarku kesana.
Sore hari yang mendung, setelah aku pulang dari makam ibuku. Seketika aku terdiam dan teringat akan kamar yang aku kunjungi itu kemarin, dan aku ingin kesana lagi..
 Ketika aku membuka kamar itu aku duduk di tempat tidur yang nyaman. Aku membuka laci yang berada didekat tempat tidur. Di dalamnya terdapat sebuah buku diary yang cukup tebal. Aku membacanya, seketika air matakupun jatuh membasahi pipiku. Baru setengah halaman aku membaca buku diary itu. Seketika ada suara anak perempuan yang mungkin seusiaku .
 “ tak usah menangis “ kata anak perempuan itu.
Akupun terdiam aku merasa takut, ..
 “ siapa disana ?” tanyaku.
“ tak usah takut, aku anak pemilik rumah ini, dulu aku tinggal disini, ini kamarku, kamar pribadiku tak dapat aku tinggalkan begitu saja “ jawabnya.
 “ kenapa rumah ini begitu tampak menyeramkan dan tak terhuni kembali? “ tanyaku.
“ dulu aku tinggal disini, aku meninggal 5 tahun yang lalu, ayahku adalah pengusaha yang sukses. Ayah yang sangat luar biasa, ayah yang selalu sayang kepadaku selalu meluangkan waktunya untukku walau iya sangatlah sibuk.. “ jawabnya sambil mengeluarkan air mata.
“ sungguh aku dapat menangis ketika aku membaca buka diary ini, ini sangat sama dengan apa yang aku rasakan sekarang. Penyakit yang dideritaku sekarang” kataku.
“ hahaha tak usah menangis ..” kata anak perempuan itu.
“ kenapa kau tertawa ? “ tanyaku.
“ aku hanya . . “
“ hanya apa ? “ tanyaku.
Seketika kami terdiam . . 
“ namamu keren ? “ tanyaku.
“ ya, tahu dari mana ? “ jawab karen.
“ aku membaca buku ini dan ada biodatamu disini “
“ ohya.. aku sengaja menulisnya .. kau edmund bukan? “ kata Karen.
“ ya? Tahu darimana?” tanyaku.
“Ohya ayahku berteman baik dengan ayahmu, sebelumnya aku kenal denganmu sewaktu kau masih kecil” kata Karen.
“ oh ya.. salam kenal, aku sedih aku tak kuat dengan apa yang aku alami sekarang, seperti tuhan tak begitu adil kepadaku “ kataku.
“ kau tak boleh berbicara seperti itu, itu sudah takdir.. aku tahu kau mempunyai penyakit yang sama sepertiku.. akan tetapi aku tak pernah dapat berkata seperti itu, memang dulu terkadang aku selalu mengeluh sepertimu, itu yang membuat aku tak bisa hidup bahagia karena penyakitku “ kata karen.
“ aku merasa sepi, aku tak punya teman satupun di rumah, teman- teman sekolahku rumah mereka jauh dari sini” kataku.
“ kau tak sendirian, banyak temanmu hanya saja sifatmu yang pendiam, aku bersedia jadi temanmu, apakah kau bersedia jadi teman hantu ?” tanya Karen.
“ ya aku bersedia, “ katany sambil tersenyum.
“ ya asalkan kau mau merahasiakan ini termasuk ayahmu” kata Karen.
hari terus berlalu bulan pun berganti, Hari- hariku ku jalani dengan bahagia, berkat Karen. aku selalu datang kekamar Karen, ia bisa menjadi inspirasiku.
Suatu hari aku datang ke kamarnya..
“ Karen .. Karen .. dimana kau ??” teriakku.
“ hei aku di sini..” jawab karen.
“ kenapa kau diam?” tanyaku.
“ aku haru pergi ed, aku harus pergi, dan tak akan kembali menemanimu lagi” kata Karen.
Aku pun terdiam.. “aku tahu dia adalah hantu dia tak nyata, sesungguhnya ia tak ada di dunia ini. Tapi aku akan merasa kesepian” pikirku.
“ baiklah aku akan merelakan kau pergi, akan tetapi aku tak bisa, karena kau adalah inspirasi hidupku, menguatkanku akan penyakitku, kau teman sekaligus kakaku” kataku.
“ terimakasih kau telah menggapku kaka.. aku senang bisa bertemu denganmu di sini. Aku titip kamarku ini kepadamu” kata Karen.
Aku tak percaya ini adalah pertemuan terakhirku dengan Karen, sungguh aku sedih sekali akan tetapi aku harus merelakannya karena iya tak nyata. Walau tak nyata iya akan selalu terkenang di hatiku. Orang yang bisa menyemangatiku dan memberiku arti hidup dengan penyakit yang dideritaku.
 5 tahun telah berlalu, Aku menjalani hidup ini dengan bahagia. walau tak ada bayangan aku bisa hidup lebih lama lagi. Ini berkat Karen,

 
hahha sorry ya kalau cerpennya jelek^^ 

 

2 komentar: